Kamis, 18 Februari 2010

Green Canyon - Berpetualang Dengan Perahu Cadik

Cukang Taneuh alias Green Canyon menyuguhkan wisata alam yang mengasyikan. Di sana, pengunjung bisa berpetualang sambil menikmati keindahan alam. Siapa yang pertama kali menjuluki kawasan wisata itu dengan nama Green Canyon?




   
Ciamis, Jawa Barat tak hanya memiliki Pantai Pangandaran yang indah. Kawasan itu ternyata masih menyimpan obyek wisata lain. Jika Anda kebetula ke Pangandaran, mampirlah ke Situ Lengkong, Karang Nini, TerowonganWilhelmina, Gunung Sawal, Batu Hiu, atau Green Canyon.

Green Canyon yang disebut terakhir berada di Kecamatan Cijulang. Persisnya berada di poros jalan yang menghubungi Pangandaran – Tasikmalaya. Sebagai obyek wisata, Green Canyon memang masih terbilang baru. Padahal kawasan ini sangat menjanjikan.

Lihat saja panorama yang tersaji di sekitar tepian Sungai Cijulang. Keindahannya sulit dilukiskan. Apalagi suasananya. Sunyi dan hanya ada anging semilir uang menerpa tubuh. Sesekali terdengar cicitan suara burung yang merdu. Sungguh asri.

Obyek wisata itu lebih banyak dikunjungi turis turis asing. Mereka biasanya dating pada periode Bulan Juni hingga Agustus. Kedatangan wisatawan asing tersebut ternyata berhubungan erat dengan nama Green Canyon itu sendiri yang sebelumnya oleh masyarakat setempat dikenal dengan sebutan Cukang Taneuh atau Jembatan Tanah.

Alkisah, pada sekitar tahun 90-an ada serombongan turis ingin mengunjungi terowongan air Cukang Tabeuh yang letaknya di hulu Sungai Cijulang. Dalam perjalanan mengarungi Sungai Cijulang itulah, tiba tiba salah seorang turis yang melihat panorama alam berupa tebing tebing curam, stalaktit dan hijaunya air Sungai Cijulang karena tertimpa sinar matahari berkomentar, “Green Canyon”. Sejak itulah masyarakat setempat ikut ikutan menyebut Cukang Taneuh dengan Green Canyon.

“Mungkin karena melhat air berwarna hijau. Atau mungkin juga turis asing itu kesulitan menyebut Cukang Taneuh,” kata Somad, pengemudi perahu bermotor berkisah tentang asal muasal nama Green Canyon.

Salah satu unsur penunjang yang membantu keasrian Green Canyon adalah legenda turun temurun. Masyarakat disana sangat mempercayai bahwa siapa berani menebang pepohonan diramalkan hidupnya bakal menanggung celaka. “Mau dipercaya atau tidak, ya terserah. Tapi yang jelas sudah banyak contoh nyatanya,” ujar Somad serius. Ia mengaku selalu berusaha menghindari segala larangan supaya tidak terkena kutukan dari anu ngageugeuh Gua Cukang Taneuh.

Untuk bisa mencapai ke lokasi Green Canyon, perjalanan hanya bisa dilalui dengan transportasi perahu bermotor yang dilengkapi cadik pada sisi kanan dan kirinya. Perahu yang terbuat dari fiberglass itu, maksimal menampung penumpang lima orang.

Selain perahu bermotor, pihak pengelola juga menyediakan beberapa perahu dayung. Tak sedikit turis bule memilih perahu dayung untuk perjalanan wisatanya. “Mungkin mereka gak mau kehilangan kesempatan untuk melihat keindahan alam selama dalam perjalanan,” ungkap Farid pengemudi perahu.

Dengan perahu motor, perjalanan ke Green Canyon memerlukan waktu tempuh sekiatr 20 menit. Perahu melewati Sungai Cijulang yang airnya tenang, nyaris tanpa riak. Namun menjelang memasuki Terowongan Cukang Taneuh yang berjarak sekitar 100-an meter, perahu terasa sedikit oleng karena adanya riak air dari lebar Sungai Cijulang yang semakin menyempit.

Saking banyaknya yang hilir mudik, perahu biasanya selalu melakukanmanuver berputar atau bahkan memilih menghentikan mesin perahu di sekitar pintu masuk terowongan air. Sebab persis di muka pintu masuk terowongan, terdapat batu berukuran besar. Di atas batu itu berdiri seorang pria setengah baya dengan dilengkapi papan rambu yang pada setiap sisinya terdapat warna merah dan hijau. Gayanya persis seorang Polantas yang sedang mengatur lalu lintas. Bila petugas jaga memperlihatkan warna hijau, artinya pengemudi perahu diperbolehkan memasuki areal wisata alam. Sebaliknya dengan rambu berwarna merah, perahu dilarang jalan.

Selama dalam perjalana di atas perahu, selainmenikmati keindahan alam di sekelilingnya, bila beruntung pengunjung bisa menyaksikan biawak atau sekawanan monyet yang tengah melepas dahaga dipinggiran sungai.

Setibanya di kawasan Green Canyon petualangan dengan perahu memang telah berakhir. Namun petualangan lain yang tidak kalah menarik masih menghadang jika ingin mencoba sejuknya air Sungai Cijulang. Pengunjung bisa berenang di air berwara hijau bening yang dikanan kirinya diapit tebing batu cadas setinggi puluhan meter.

Tebing tebing dengan stalaktit yang ujungnya selalu meneteskan titik titik air, semakin menambah asri lokasi Green Canyon. Karena itu, tak mengherankan kalau sebagian besar pengunjung merelakan untuk menghabiskan berjam jam waktunya di tempat ini.

Pesona petualangan yang tergolong masih alami di Green Canyon – menyusuri sungai, melintasi hutan sampai menaiki tebing – rasanya tak berarti apa apa tanpa didukung kesadaran pengunjung. Khususnya wisatawan domestik. Alangkah baiknya jika mereka tidak membuang sampah sembarangan, atau melakukan corat coret pada dinding tebing.

Karena itu, cukup beralasan jika masyarakat setempat mengkhawatirkan kawasan Cukang Taneuh yang lebih popular dengan sebutan Green Canyon itu, berganti nama menjadi Trash Canyon karena ulah wisatawan tidak bertanggung jawab.

Terowongan sungai seanjang 200-an meter itu barangkali bukan lagi tempat tujuan wisata alam yang menarik untuk disinggahi, kalau saja hutan belukar yang menjadi tempat penampungan air tak terawat dan dijaga dengan baik.

1 komentar:

rizal bustami mengatakan...

Artikel yang menarik, foto-foto yang bagus. Keluarkan lagi dong, artikel perjalanannya...